BAB X
PSIKOLINGUISTIK DAN IMPLIKASINYA
A. Persoalan-persoalan dalam
pembelajaran bahasa
Berkaitan dengan psikolinguistik, guru dapat menerapkan pendekatan dalam
pengajaran bahasa dengan melihat dari sisi peserta didik. Misalnya pendekatan
yang bersifat dengan teori tertentu, seperti behavioral atau mentalis. Semua
upaya dalam menerapakan pendekatan dapat mencapai tujuan yang optimal yaitu
siswa dapat berbahasa dengan baik dan benar Psikolinguistik yang
didalamnya merangkum beberapa pendekatan dapat membantu guru dal;am membuat
perencanaan pengajaran yang apik untuk setiap pertemuan. Sehingga bertujuan
akhir guru dapat memprogram pengajaran bahasa sedemikian rupa.
Pembelajaran
merupakan upaya membelajarkan siswa. Kegiatan pengupayaan ini akan
mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.
Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi
dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi
pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi
pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil
pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan
dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap
jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat
terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar
lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar, terutama berkenaan dengan
kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.
Belajar
bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran
bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi,
baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum
2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu
membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
B. Psikolinguistik dan kurikulum
Kurikulum
berkembang sesuai dengan perubahan dan prkembangan SDM (sumber daya manusia).
Menurut Dubin dan Olshtain yang dikutip oleh Djunaidi (1987 : 54) , ”kurikulum
berisi deskripsi secara luas mengenai tujuan – tujuan umum dengan menunjukan
filsafat pendidikan dan budaya secara keseluruhan yang diterapkan untuk
berbagai bidang studi, dalam hubungan ini, disertai landasan teori tentang
bahasa dan belajar bahas”.
Psikolinguistik
diimplementasikan pada mata pelajaran yang tercermin dalam butir – butir
kurikulum tersebut. Contohnya mata pelajaran pada aspek menyimak dan
berbicara,manakah yang harus didahulukan. Tentunya pada aspek menyimak harus
didahulukan baru kemudian pada aspek berbicara jika dilihat dari kacamata
psikolinguistik. Sebab ketika bayi lahir, kemampuan keterampilan berbahasa pada
aspek menyimak, yang dalam kegiatannya memerlukan waktu yang lebih banyak. Maka
dikatan menyimak sebagai manifestasi pertama dalam keterampilan berbahasa.
C. Psikolinguistik dan guru
Guru
harus memiliki kompetensi agar dapat melaksanakan tugasnya dengan profesional,
antara lain dengan :
1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar – mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan sumber / media
5. Menguasai landasan kependidikan
6. Mengelola interaksi belajar –
mengajar
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran
8. Mengenal fungsi dan program layanan
BK di sekolah
9. Mengenal dan menyelenggarakan adminstrasi sekolah
10.Memahami prinsip dan menerapkan hasil penelitian pendidikan
untuk keperluan pengajaran
Berdasarkan uraian di atas salah
satu syarat menjadi guru yang profesional adalah menguasai bahan hubungannya
dengan psikolinguistik, misalnya tuntutan untuk memahami dan menerapakan teori
akuisisi bahasa (teori behavior). Berdasar teori tersebut, anak lahir tidak
membawa potensi bahasa. Maka, guru harus dapat memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mendapatkan pengalaman berbahasa yang dipelajari dengan
memberikan aktvitas dengan cara memberikan rangsangan. Guru harus peka terhadap
kondisi peserta didik, mengenai apakah bahan yang diajarkan bermakna dan
bernmanfaat dalam kehidupan peserta didik.
Di samping itu guru juga harus
mempertimbangkan faktor kesukaran bawaan, faktor hubungan bahasa yang
dipelajari bahasa ibu, dan faktor pengalaman belajar bahasa yang dipelajari.
Faktor tersebut berasal dari sisi linguistik.
D. Implikasi-implikasi psikolinguistik
terhadap pembelajaran bahasa
Keberhasilan
sebuah pembelajaran bahasa akan sangat bergantung pada komponen yang terlibat
dalam pembelajaran. Komponen tersebut di antaranya adalah siswa sebagai subjek
didik dan materi pembelajaran bahasa yang dipelajari oleh siswa. Karena itulah,
dalam pembelajaran bahasa pemahaman tentang psikolinguistik dipandang penting.
Melalui psikologi dipelajari mengenai siswa dan melalui linguistik dipelajari
mengenai materi bahasa. Melalui interdisiplin ini dapat dipahami proses yang
terjadi dalam diri siswa ketika memahami materi bahasa.
Pembelajaran
merupakan suatu sistem. Artinya, pembelajaran merupakan satu kesatuan yang
terdiri atas berbagai komponen yang saling menunjang. Karena itu, keberhasilan
pembelajaran akan ditentukan oleh komponen-komponen yang terlibat dalam
pembelajaran tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah guru, siswa, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, evaluasi,
serta sarana yang dibutuhkan.
Demikian pula dalam pembelajaran Bahasa, agar pembelajaran bahasa berhasil, komponenkomponen tadi harus diperhatikan. Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa, bukan hanya faktor guru dan materi pembelajaran bahasa yang harus diperhatikan, siswa pun sebagai subjek didik harus diperhatikan demi keberhasilan pembelajaran. Materi bahasa bisa dipahami melalui Linguistik sebagaimana dikemukakan oleh Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, dan Kholid A. Harras (1997/1998: 2) bahwa linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya dengan siswa sebagai pembelajar bahasa. Siswa sebagai organisme dengan segala prilakunya termasuk proses yang terjadi dalam diri siswa ketika belajar bahasa tidak bisa dipahami oleh linguistik, tetapi hanya bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan dengannya, yaitu Psikologi. Atas dasar hal tersebut muncullah disiplin ilmu yang baru yang disebut Psikolinguistik atau disebut juga dengan istilah Psikologi Bahasa.
Demikian pula dalam pembelajaran Bahasa, agar pembelajaran bahasa berhasil, komponenkomponen tadi harus diperhatikan. Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa, bukan hanya faktor guru dan materi pembelajaran bahasa yang harus diperhatikan, siswa pun sebagai subjek didik harus diperhatikan demi keberhasilan pembelajaran. Materi bahasa bisa dipahami melalui Linguistik sebagaimana dikemukakan oleh Yudibrata, Andoyo Sastromiharjo, dan Kholid A. Harras (1997/1998: 2) bahwa linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya dengan siswa sebagai pembelajar bahasa. Siswa sebagai organisme dengan segala prilakunya termasuk proses yang terjadi dalam diri siswa ketika belajar bahasa tidak bisa dipahami oleh linguistik, tetapi hanya bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan dengannya, yaitu Psikologi. Atas dasar hal tersebut muncullah disiplin ilmu yang baru yang disebut Psikolinguistik atau disebut juga dengan istilah Psikologi Bahasa.
Implikasi-implikasi Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa
Siswa adalah subjek dalam pembelajaran. Karena itu, dalam halini siswa dianggap
sebagai organisme yang beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik
kognitif, afektif,maupun psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara
reseptif (menyimak dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis)
melibatkan ketiga ranah tadi. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
Garnham(Nababan, 1992: 60-61) terhadap aktivitas berbicara ditemukan berbagai
berbicara yang menyimpang (kurang benar)dengan pengklaifikasian kesalahan
sebagai berikut. Menurut Garnham penyebab kesalahan yang dilakukan oleh
pembicara di antaranya adalah kesaratan beban (overloading), yaitu perasaan
waswas (menghadapi ujian atau pertemuan dengan orang yang ditakuti) atau karena
penutur kurang menguasai materi, terpengaruh oleh perasaan afektif, kesukaran
melafal kata-kata, dan kurang menguasai topik.
Dari
penyebab kesalahan-kesalahan tadi, dapat kita klasifikasikan berdasarkan ranah
Psikologi. Penyebab kesalahan berupa perasaan waswas berkaitan dengan ranah
afektif. Penyebab kesalahan berupa kurang menguasai materi atau topik berkaitan
dengan ranah kognitif, dan penyebab kesalahan berupa kesukaran melafalkan kata
berkaitan dengan ranah psikomotor. Contoh-contoh kesalahan dan penyebab
kesalahan yang telah dijelaskan tadi menunjukkan bahwa peran psikolinguistik
dalam pembelajaran bahasa sangat penting. Tujuan umum pembelajaran bahasa,
yaitu siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam
berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis. Agar siswa dapat berbahasa Indonesia
yang baik dan benar diperlukan pengetahuan akan kaidahkaidah bahasa.
Kaidah-kaidah bahasa dipelajari dalam linguistik. Untuk dapat menggunakan
bahasa secara lancar dan komunikastif siswa tidak hanya cukup memahami kaidah
bahasa, tetapi diperlukan kesiapan kognitif (penguasaan kaidah bahasa dan
materi yang akan disampaikan), afektif (tenang, yakin, percaya diri, mampu
mengeliminasi rasa cemas, ragu-ragu, waswas, dan sebagainya), serta psikomotor
(lafal yang fasih, keterampilan memilih kata, frasa, klausa, dan kalimat).
Dengan demikian, jelaslah bahwa betapa penting peranan Psikolinguistik dalam
pembelajaran bahasa.
0 komentar:
Posting Komentar